Salah Kaprah Brylian Adama Membaca Peta Kompetisi Inggris

Salah Kaprah Brylian Adama Membaca Peta Kompetisi Inggris – Akhir-akhir ini , Apa yang kurang diajarkan para guru kepada generasi penerus di Indonesia, adalah budi pekerti. Dari Budi Pekerti lahirlah kerendahhatian, dari rendah hati muncul rasa pakewuh, berujung basa basi dan sopan santun, yang menunjukkan kualitas manusia unggul, percaya diri, juga tahu diri. Sisi sopan santun itu akan terlihat dari cara orang membicarakan orang lain, pihak lain. Tidak ada orang sopan yang merendahkan level manapun. Tapi kita di Indonesia sudah sekian lama melihat bahwa kesopansantunan, bukan bahasanya sepak bola lokal.

Merendahkan kelompok lain sudah ada dalam darah para fans, akhirnya berujung bentrok, tidak jarang muncul kekejian, di mana orang menyakiti, bahkan membunuh orang lain demi permainan sepak bola. Ini terjadi hampir merata di Indonesia, berjalan dari penyelenggaraan sepak bola dari tingkatan rendah ke tingkatan tinggi. Sisi merendahkan, merasuki para anak muda yang menjadi pemain di lapangan, yang akhirnya berujung pada mentalitas tidak tahu diri.

Tidak tahu diri di sini bukanlah suatu ejekan, melainkan suatu filosofis tentang kondisi orang yang sejatinya berada di tengah kekalahan tapi masih bisa yakin menang. Karena Tsun Zu, seorang filsuf yang menulis Seni Perang pernah menyatakan “untuk menang, kita harus tahu diri kita sendiri”, dari sana kita berlatih mencapai fase keras, agar level bisa naik, perlahan-lahan. Itulah makna dari tahu diri, tidak tahu levelnya sendiri, akhinya tidak mau mengerti level orang lain, sehingga akan meremehkan, dan berujung pada kekecewaan karena dikalahkan.

Inilah yang membawa pemain Korea Selatan dan Jepang bisa memutar langit dan bumi di liga besar dunia. Mereka tidak hanya mampu bersaing dengan bakat seadanya, mereka mampu jadi rebutan klub besar cukup dengan kerja keras saja. Daichi Kamada, Son Heung Min, Takumi Minamino, Ji Sung Park, mereka berangkat dari kerjakeras, membuat fisik bagai tidak ada batas. Bahkan Ji Sung Park mendapatkan julukan Three Lung Park, manusia dengan tiga paru-paru. Di mana dahulu Park bermain? Di Kyoto Purple Sanga, klub Jepang. Dalam pengakuannya, tidak sedikitpun Park mimpi main ke Liga Inggris, dia hanya ingin bermain, tingkatkan level karena dia cinta sepak bola.

Tapi Brylian Aldama, asal Indonesia beda. Dia punya mimpi bermain di Liga Inggris. Padahal Inggris sama sekali tidak menerima pemain muda manapun yang tidak berpaspor Uni Eropa untuk WP atau izin kerja. Sudah begitu Inggris tidak mau menerima pemain dari tim yang Timnas nya memiliki rating rendah. Inilah sebab Inggris tidak mau menerima pemain muda asal Belarusia, padahal Alexander Hleb pernah bermain di Arsenal, tapi karena rating timnas nya rendah, rekan muda Hleb tidak bisa gabung liga Inggris.

Kendati demikian Inggris masih mau menerima pemain yang telah bermain reguler di klub top liga Eropa minimal dua musim, apapun klubnya, itupun mesti di screening dahulu apakah ada appeal khusus dari sang klub Inggris agar si pemain non uni eropa bisa main di Inggris. Artinya pemain asing itu harus sangat-sangat istimewa. Inggris semakin ketat dalam WP pada pemain non Eropa karena ingin kualitas EPL dan liga di bawahnya menjadi yang terbaik. Jadi Brylian harus pelan-pelan, jangan remehkan liga non Inggris hanya karena jadi batu pijakan ke liga Inggris, jangan remehkan seri C, D, Z Italia.

Leave a Reply