Site icon Sanfinna

Kutukan Pemain Sepak Bola Yang Diekpos Berlebihan, Egy dan Brylian Adama akankah Bernasib Serupa?

Kutukan Pemain Sepak Bola Yang Diekpos Berlebihan, Egy dan Brylian Adama akankah Bernasib Serupa

Kutukan Pemain Sepak Bola Yang Diekpos Berlebihan, Egy dan Brylian Adama, akankah Bernasib Serupa? – Habis Evan Dimas, Egy, Walian, terbitlah Brylian, itu kiranya yang bisa kita simpulkan dari cara media dan publik Indonesia menghancurkan karir bintang muda berbakat Indonesia di dunia sepak bola. Betapa tidak. Evan Dimas nyaris menjadi debutan La Liga jika saja dia lebih banyak bermain dan berkerja keras di bawah radar, tidak menampilkan atau ditampilkan sebagai Diva di tanah air.

Dia nyaris merumput dalam kontrak yang jelas bersama klub Eropa, jika saja publik menahan diri untuk tidak menuntut hal berlebihan terhadapnya, bahkan dengan bully yang tidak jelas yang bisa kita lihat saat ini ke Evan Dimas, hanya karena dia gagal memberikan ekpetasi yang publik harapkan. Yakni seorang Son Heung-Min asal Indonesia. Evan digambarkan pengecut, overrated, serta caci maki khas netizen yang tidak suka melihat sosok gagal mampir dalam hidup mereka, padahal sebelumnya mereka juga yang mengangkat-angkat Evan Dimas.

Begitupun nasibnya dengan Ezra Walian, dari yang sebelumnya pemain berbakat di Ajax Amsterdam, namun karena ekpos yang luar biasa eksplosif dari media dan publik menjadikan Ezra layu sebelum berkembang. Ezra mendapat beban ekpetasi tinggi, harus langsung jadi Cristiano Ronaldo, tugas yang bukan hanya mustahil tapi mencerminkan permintaan tidak tahu diri dari publik bola Indonesia. Begitupun nasib Egy, dari sebelumnya jadi bintang yang dipuja puji berlebihan, kini publik tengah mempersiapkan serangan mereka kepada Egy, sebagian di antaranya bahkan sudah mendaftar diri menjadi hater yang membenci tanpa alasan apapun, kecuali benci itu sendiri.

Kali ini giliran Brylian Adama, yang baru saja mendapatkan agen internasional. Perlu diingat agen bukanlah klub bola, agen hanyalah agen yang memasarkan pemain mereka agar direkrut klub-klub yang dianggap mau mengontrak sang pemain. Tetapi media di Indonesia rupanya tidak peduli, asalkan berbau luar negeri, mereka langsung hantam dijadikan berita tujuh hari tujuh malam. Mereka tidak peduli hal ini akan merugikan tidak hanya nasib sang pemain tapi juga masa depan sepak bola nasional, buat mereka pembaca berita dan keuntungan dari saling share bacaan jauh lebih penting. Jelas tidak ada profesionalitas dalam titik ini.

Ekpos berlebihan media terhadap bakat besar memang bukan barang baru. Sudah banyak juga jamak kiranya pemain muda diekpos sedemikian rupa oleh media, sehingga pada akhirnya mereka lupa diri, lalu terjerumus dalam langkah yang salah, yang mengurangi prestasi. Kemampuannya juga hilang beriring dengan waktu. Konon karena tidak mampu menahan stress akibat menjadi tumpuan dan omongan banyak orang yang mengharapkan hal luar biasa terhadapnya. Di antara mereka ada nama-nama yang mungkin hanya dikenal di game.

Misalkan Cherno Samba, sosok yang melejit di liga amatir karena berhasil cetak 132 gol dalam 32 pertandingan di kompetisi yang singkat pada tingkat akademi. Cherno menjadi fenomena besar di Inggris, beberapa klub berlomba minta tanda tangannya. Pada akhirnya Milwall yang sangat beruntung. Milwall bisa saja menjual Cherno ke Liverpool untuk rekor penjualan di klub mereka saat itu, tapi Milwall terlalu pede dengan kemampuan Cherno.

Tapi karena ekpos media dan sikap Cherno yang menjadinya salah arah karena dia terus membanggakan dirinya dan tidak berlatih, malahan dia terus bermain permainan judi online yang dia sukai di salah satu situs judi bola resmi Indonesia yang menyebabkan kemampuannya menurun drastis dan akhirnya pun dia gagal masuk ke tim utama. Lalu dia luntang lantung di klub antah berantah. Itulah kutukan ekpos berlebihan media terhadap pemain muda. Bukti sudah banyak, tapi media tidak mau berhenti.

Exit mobile version