Kematian George Floyd Yang Memicu Demo Black Lives Matter Hingga Mendunia

sanfinna – Kematian George Floyd sudah mengakibatkan amarah massa serta demo antirasisme meledak di banyak area Amerika Sindikat, yang setelah itu menyebar ke kota- kota besar di beberapa negeri lain. Floyd tewas tidak lama sehabis ditahan polisi Minneapolis, Minnesota, AS. Polisi membekuknya dengan dakwaan membeli rokok di gerai kelontong mengenakan duit ilegal, pada 25 Mei 2020. Suatu film viral di alat sosial menampilkan polisi bernama Belok Chauvin luang mengepres leher Floyd mengunakan dengkul salah satu kakinya, sepanjang nyaris 9 menit.

Kematian George Floyd Yang Memicu Demo Black Lives Matter Hingga Mendunia – Dikala itu, Floyd dalam posisi tengkurap di aspal. Sebagian kali beliau luang berteriak,” saya tidak dapat bernapas,” saat sebelum tidak beranjak lagi serta tewas. Satu hari berakhir kematian Floyd, unjuk rasa besar meletup di Minneapolis. Kelakuan menentang keganasan polisi Minnesota kepada Floyd setelah itu bertumbuh jadi kekacauan besar. Demo seragam yang mengaitkan ribuan orang menyebar ke Atlanta, Detroit, New York, Washington DC serta kota- kota lain di AS. Aljazeera menulis, kelakuan keluhan ribuan orang berjalan di 140 kota di AS, beberapa diiringi bentrok antara masyarakat serta polisi. Kelakuan menentang rasialisme serta kematian Floyd berikutnya meluas ke Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, dan Belgia. Ribuan orang mengadakan kelakuan yang serupa di Brasil, Tunisia, Afrika Selatan, Australia, sampai Jepang, Korea Selatan, Hong Kong serta beberapa negeri lain.

Kematian George Floyd Yang Memicu Demo Black Lives Matter Hingga Mendunia

Kematian George Floyd Yang Memicu Demo Black Lives Matter Hingga Mendunia

Di banyak muncul rasa itu, jargon” Black Lives Matter” sering muncul serta diiringi kelakuan massa bersimpuh dengan satu kaki, selaku ikon menentang permasalahan kematian Floyd. Di alat sosial, kampanye aksi keluhan ini membikin tagar#BlackLivesMatter meningkat terkenal. Sokongan buat aksi ini timbul pula dari banyak figur bumi, pesohor, olahragawan sampai kepala rezim. PM Kanada, Justin Trudau apalagi turut bersimpuh dengan satu kaki dikala mendatangi demo menentang kematian Floyd di Ottawa, pada 5 Juni kemudian. Klub Premier League juga sudah berikrar hendak mengubah julukan punggung jersi player dengan catatan” Black Lives Matter” dikala perlombaan Aliansi Inggris diselenggarakan kembali, 17 Juni kelak. Hingga 3 minggu berakhir kematian Floyd, unjuk rasa sedang berjalan di AS ataupun beberapa negeri lain. Floyd saat ini seakan jadi ikon aksi garis besar melawan rasisme.

Misalnya, ribuan orang yang marah atas kematian Floyd sedang mengadakan kelakuan di Paris pada Sabtu, 13 Juni 2020. Mereka terkumpul di alun- alun Place de la Republique, semacam dikutip The Guardian. Kelakuan itu awal berjalan rukun, namun sehabis 3 jam, kekacauan rusak. Polisi membubarkan massa dengan tembakan gas air mata. Dalihnya, terdapat pengunjuk rasa melontarkan batu ke arah polisi. Di Atlanta, AS, amarah pengunjuk rasa terus menjadi tersulut sebab permasalahan kematian Rayshard Brooks, masyarakat buruh kasar gelap 27 tahun yang ditembak polisi pada 12 Juni kemudian. Sabtu kemarin, massa pendemo memblokir jalur di Atlanta serta membakar restoran Wendi, posisi penembakan Brooks.

Sedangkan di Inggris, golongan kapak kanan bentrok dengan pengunjuk rasa antirasisme serta polisi, 13 Juni kemarin. Massa kapak kanan turun ke jalanan London dengan alibi mencegah tugu alun- alun parlemen, posisi arca Churchil, yang isunya dibidik pengunjuk rasa Black Lives Matter. Salah satu titik pertemuan 2 golongan itu di Alun- alun Trafalgar. Reporter Aljazeera memberi tahu, di posisi itu, polisi berupaya mencegah pengunjuk rasa antirasisme. Kelakuan massa kapak kanan itu dikritik PM Boris Johnson yang menulis twit:” Tidak terdapat tempat untuk bandit rasis di jalanan kita.”

– Siapa itu George Floyd?
Floyd dimakamkan pada 9 Juni kemudian di Houston, Texas, tempat beliau berkembang berusia. Pemakamannya dihadiri dekat 6 ribu pelayat, mayoritas menggunakan kaus bertuliskan” Saya Tidak Dapat Bernapas.” Keluarga besarnya mengenang Floyd selaku individu mengasyikkan. Dikala belia beliau muncul. Floyd sempat membawakan regu American Football SMA Yates High School Lions berprestasi di kompetisi tingkat negeri bagian Texas. Saat sebelum kuliahnya drop out, Floyd luang menguatkan regu basket South Florida State College di Avon Park. Floyd sempat pula berusaha meniti karir selaku musisi rap pada masa 90- an.

Ia memanglah terdaftar 2 kali masuk bui pada dasawarsa dini 2000- an. Awal, sebab permasalahan pembelian narkoba senilai 10 dolar AS yang berakhir bui 10 bulan. Kemudian, Floyd kembali masuk bui 4 tahun sebab permasalahan perampokan bersenjata. Tetapi, bagi banyak orang di sekelilingnya, Floyd sudah berusaha hidup wajar lagi dan berlatih dari kekeliruan, sehabis leluasa pada 2013. Ia juga lebih relijius serta aktif di gereja. Sehabis alih ke Minnesota sebagian tahun kemudian, beliau jadi daya keamanan suatu restoran serta klub tarian. Informasi The New York Times mengatakan, belum lama Floyd wajib istirahat supaya membaik dari penyakit Covid- 19. Ia dikenal terkena virus corona pada April kemudian. Sehabis keadaannya telah pulih, Floyd menghabiskan banyak durasi dengan pacarnya sepanjang sebagian minggu, saat sebelum kejadian 25 Mei terjalin.

Baca Juga : Asap dari kebakaran hutan mencapai Kutub Utara untuk pertama kalinya dalam sejarah

– Rangkaian kasus kematian pada George Floyd
Saat sebelum tewas, George Floyd membeli rokok di suatu gerai kelontong di Minneapolis, pada sesuatu petang, 25 Mei kemudian. Sehabis itu, beliau duduk- duduk di mobilnya yang terparkir di melintas gerai bernama Cup Foods itu. Tidak berjarak lama, 2 karyawan gerai mendatangi Floyd. Mereka memohon Floyd mengembalikan rokok dengan harga USD20, dengan alibi beliau membelinya mengenakan duit ilegal. Tetapi, Floyd menyangkal permohonan itu. 2 karyawan itu kemudian balik kanan. Salah seseorang karyawan Cup Foods nyatanya setelah itu menelepon 911, serta mengatakan Floyd” dalam situasi amat mabuk.” Bagi informasi NPR, manajemen Cup Foods serta pemiliknya yang ialah masyarakat AS generasi Arab, Mahmoud Abumayyaleh sesungguhnya tidak terbiasa memanggil polisi bila terjalin permasalahan sepele, semacam duit ilegal. Komunitas kulit gelap di area dekat Gerai Cup Foods membenarkan perihal itu.

Mahmoud berterus terang, sepanjang ini memohon karyawannya memanggil polisi, cuma kala terjalin kejadian kekerasan. Bila permasalahan duit ilegal terjalin, Cup Foods mempraktikkan SOP: karyawan memberi tahu itu ke owner. Kemudian, owner gerai hendak menemui konsumen serta berunding buat menuntaskan permasalahan.” Sepanjang bertahun- tahun kita dihormati sebab sanggup mengatur suasana di gerai, sejauh tidak terdapat kekerasan,” tutur Mahmoud pada reporter NPR. Sayangnya, seseorang pekerja berumur 17 tahun yang terkini bertugas sepanjang 6 bulan di Cup Foods berinisiatif menelepon 911. Aksi karyawan yang belum lama dihentikan itu disesalkan Mahmoud. Tetapi, ia menerangkan,” Kekerasan kepada masyarakat kulit gelap, penyalahgunaan wewenang serta keganasan polisi, wajib diakhiri.”

Panggilan ke 911 itu memanglah jadi sejenis” putusan mati” untuk Floyd. Cuma berjarak sebagian menit, beberapa polisi tiba membekuk Floyd serta 2 jam setelah itu, beliau berpulang. The New York Times mengutip informasi film yang menampilkan awal 2 polisi tiba, komplit dengan senjata api. Floyd dikala itu berlagak hening. Tetapi, mereka dengan beringas membelenggu serta menggiring Floyd masuk ke mobil polisi. Floyd menyangkal dengan alibi mengidap klaustrofobia nama lain kekhawatiran kepada ruang kecil yang ketat. Ia berterus terang” sulit bernapas” pula. 2 polisi bernama Tou Thau serta Belok Chauvin setelah itu tiba menolong koleganya. Chauvin memforsir Floyd masuk mobil polisi. Sebab Floyd menyangkal, Chauvin membekap Floyd serta mencekik lehernya dengan dengkul kala laki- laki apes itu tengkurap di aspal. Aplikasi semacam ini nyatanya dilarang oleh kepolisian AS.

Panggilan ke 911 itu memanglah jadi sejenis” putusan mati” untuk Floyd. Cuma berjarak sebagian menit, beberapa polisi tiba membekuk Floyd serta 2 jam setelah itu, beliau berpulang. The New York Times mengutip informasi film yang menampilkan awal 2 polisi tiba, komplit dengan senjata api. Floyd dikala itu berlagak hening. Tetapi, mereka dengan beringas membelenggu serta menggiring Floyd masuk ke mobil polisi. Floyd menyangkal dengan alibi mengidap klaustrofobia nama lain kekhawatiran kepada ruang kecil yang ketat. Ia berterus terang” sulit bernapas” pula. 2 polisi bernama Tou Thau serta Belok Chauvin setelah itu tiba menolong koleganya. Chauvin memforsir Floyd masuk mobil polisi. Sebab Floyd menyangkal, Chauvin membekap Floyd serta mencekik lehernya dengan dengkul kala laki- laki apes itu tengkurap di aspal. Aplikasi semacam ini nyatanya dilarang oleh kepolisian AS.

Dorongan kedokteran kesimpulannya datang, namun Floyd gopoh- gapah berpulang. Awal, kesimpulan interogator kedokteran melaporkan Floyd tidak mati sebab” traumatic asphyxia ataupun strangulation” yang dipicu tindihan dengkul Chauvin. Tetapi, informasi bedah mayat terkini yang bebas melaporkan kalau Floyd berpulang sebab ketat nafas dampak Chauvin mengepres lehernya. 4 aparat kepolisian yang ikut serta dalam permasalahan pembantaian Floyd itu kesimpulannya dihentikan serta dibekuk sebagian hari sehabis kejadian terjalin. Tetapi, ganjaran keras terkini dijatuhkan berakhir film aksi kasar polisi pada Floyd viral sekalian mengakibatkan unjuk rasa megah di AS.

Di sidang, Chauvin didakwa berangkap, ialah sudah melaksanakan pembantaian tingkatan 2 tidak disengaja, pembantaian tingkatan 3 serta pembantaian tidak terencana tingkatan 2. Bahaya 3 cema itu, maksimum 40 tahun bui, 25 serta 10 tahun bui. Sedangkan Lane, Thao serta Kueng didakwa menolong serta berkomplot dalam pembantaian. Walaupun sedemikian itu, belum lama Thomas Lane dilepaskan dari narapidana sehabis melunasi duit agunan dekat Rp10, 67 miliyar. 3 yang lain sedang ditahan. Bila ingin pergi dengan duit agunan, spesial Chauvin, wajib memberikan Rp17, 78 miliyar. Cara hukum kepada 4 polisi itu tidak menyurutkan gelombang kelakuan keluhan di AS. Karena, permasalahan Floyd cuma pucuk dari gunung es aplikasi pembedaan rasial di negeri Donald Trump. Informasi permasalahan aksi kasar polisi AS kepada masyarakat kulit gelap sepanjang ini telah berjibun.

AS bisa dikatakan jadi negara beresiko serta eksklusif untuk banyak orang kulit gelap. Informasi Statista mengatakan masyarakat Amerika kulit gelap nyaris 3 kali lebih bisa jadi mati sebab aksi polisi AS, dibanding orang kulit putih. AlJazeera juga memberi tahu, sepanjang 2013- 2019, polisi di AS sudah menewaskan 7. 666 orang. Masyarakat kulit gelap AS merupakan 13 persen dari keseluruhan populasi AS, tetapi kesempatan mereka dibunuh polisi” 2 separuh kali bekuk” dari masyarakat kulit putih. Sebaliknya, informasi Killed By Police, web swadaya pengumpul data mengenai keganasan penegak hukum, 465 masyarakat AS berpulang sebab aksi polisi pada 2020, sampai dini Juni saja. Tahun kemudian, sebesar 1. 004 orang terbunuh oleh polisi AS, serta 24 persen di antara lain masyarakat kulit gelap.

Hasil analitis Reuters menampilkan realitas lebih kurang baik. Banyak polisi AS yang ikut serta pembantaian masyarakat awam bisa leluasa dari jeratan hukum. Sepanjang 2017- 2019, polisi memenangkan 56 persen permasalahan penyalahgunaan daya kelewatan di sidang Dewan Agung AS, dengan alibi kekebalan penegak hukum. Nilai itu lebih besar dari memo kemenangan polisi pada 3 tahun tadinya, ialah 43 persen. Aksi Black Lives Matter serta Keluhan Antirasisme Keganasan polisi AS kepada masyarakat kulit gelap berarak dengan pembedaan rasial yang telah sistemik. Akibatnya: kesenjangan beraroma rasial, tercantum dalam perihal ekonomi. Kesenjangan juga terus menjadi nampak kala endemi.

Endemi corona yang sudah menimbulkan 115 ribu jiwa lebih tewas di AS memperjelas kenyataan kesenjangan rasial. Informasi dari Central for Disease Control( CDC) membuktikan pada umumnya kematian masyarakat kulit gelap sebab Covid- 19 merupakan 22 persen, sedangkan kulit putih 12 persen. Perihal ini terjalin sebab lebih banyak masyarakat kulit gelap mempunyai penyakit penyerta, semacam darah tinggi, sesak napas, diabet serta yang lain, yang tingkatkan fatalitas peradangan virus corona. Di tengah kesenjangan yang terus menjadi mendalam serta pembedaan rasial yang lalu berkembang seperti itu, permasalahan kematian George Floyd terjalin. Kondisi itu, sekalian suasana serba susah dikala endemi, melatarbelakangi banyaknya masyarakat AS yang marah berakhir memandang film penahanan Floyd.

Keluhan atas kematian Floyd pula membuat aksi Black Lives Matter, yang lahir sebagian tahun kemudian, kembali menciptakan momentumnya. Apalagi, kali ini memperoleh sokongan kelakuan kebersamaan di banyak negeri. Black Lives Matter berasal pada tahun 2013 sehabis Alicia Garza unggah suatu perkataan di Facebook.” Banyak orang kulit gelap. Saya mencintaimu. Saya menyayangi kita,” catat Alicia.” Nyawa kita berarti.” Unggahan itu bualan amarah Alicia. Ia marah sebab George Zimmerman leluasa dari dakwaan pembantaian anak muda kulit gelap bernama Trayvon Martin.

George bukan polisi, namun beliau bekerja selaku sukarelawan pengawasan area masyarakat. Catatan Alicia kemudian diunggah balik oleh Patrisse Cullors yang memberhentikan unggahannya dengan tagar#BlackLivesMatter. Unggahan Alicia serta Patrisse kilat menabur diiringi tagar#BlackLivesMatter. Tagar itu kemudian senantiasa dipakai dikala terdapat permasalahan rasisme serta ketidakadilan ke masyarakat kulit gelap mencuat di AS. Alicia, Patrisse serta seseorang wanita kulit gelap yang lain, Opal Tometi, setelah itu memelopori pembuatan Black Lives Matter( BLM), suatu pergerakan yang fokus melawan aplikasi rasisme kepada masyarakat Afrika- Amerika di AS. Satu tahun selanjutnya, tagar#BlackLivesMatter kembali menggema pada 17 Juli 2014, kala banyak orang menuntut kesamarataan sekalian menyangkal rasisme, sebab permasalahan Eric Garner yang tewas di Staten Island, New York. Garner diprediksi berpulang berakhir dicekik polisi yang memasukkannya ke bui.

Aksi ini terus menjadi membengkak berakhir kematian anak muda kulit gelap bernama Michael Brown. Anak muda 18 tahun itu berpulang sehabis ditembak oleh Darren Wilson, polisi di Missouri, pada 9 Agustus 2014. Wilson diputuskan tidak bersalah oleh majelis hukum yang melaporkan beliau melaksanakan advokasi diri. Ribuan orang marah serta menentang ketidakadilan hukum berwarna rasial itu. Tagar Black Lives Matter dikala itu berdengung lebih besar lagi di seantero AS. Saat ini, Black Lives Matter mulai berkembang jadi aksi garis besar. Black Lives Matter Foundation, yang dinobatkan oleh Alicia, Patrisse serta Opal, sudah mempunyai dasar di AS, Inggris serta Kanada. Badan ini melaporkan, tujuan penting mereka yakni membuat daya lokal buat melawan seluruh perbuatan kekerasan kepada masyarakat kulit gelap, bagus yang dicoba oleh negeri ataupun kelakuan vigilante awam, paling utama kulit putih. Walaupun sedemikian itu, Black Lives Matter Foundation pula menerangkan kalau tujuan penting mereka merupakan untuk manusiawi, sekalian mengupayakan kodrat mereka yang terpinggirkan, lewat” aksi pembebasan kulit gelap.”